BI Lhokseumawe: Jasa Transportasi Sumbang Inflasi Terbesar pada Juli 2022
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

BANDA ACEH - Bank Indonesia (BI) Lhokseumawe, Aceh, menyatakan jasa transportasi memberikan andil atau menyumbang inflasi terbesar di daerah tersebut pada Juli 2022.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Lhokseumawe Gunawan di Lhokseumawe, Minggu, mengatakan berdasarkan perkembangan inflasi tahunan Kota Lhokseumawe pada Juli 2022 mencapai 5,8 persen atau naik 0,47 persen dibandingkan Juni 2022.

"Adapun inflasi Kota Lhokseumawe pada Juli 2022 bersumber dari peningkatan harga pada kelompok pengeluaran yaitu kelompok transportasi dengan inflasi terbesar yakni 2,30 persen," kata Gunawan dikutip dari Antara, Minggu, 7 Agustus.

Selain jasa transportasi, kata Gunawan, terdapat lima komoditas yang mengalami peningkatan harga dan memberikan andil inflasi terbesar yakni, cabai merah 0,30 persen, angkutan udara 0,20 persen, cabai hijau 0,14 persen, bawang merah 0,10 persen, dan beras 0,08 persen.

"Peningkatan harga pada komoditas cabai merah dan cabai hijau terjadi akibat gagal panen karena kondisi cuaca yang tak menentu dan wabah. Peningkatan harga juga terjadi pada angkutan udara karena melonjaknya harga avtur menyebabkan penyesuaian harga," kata Gunawan menyebutkan.

Gunawan mengatakan terdapat lima komoditas yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil deflasi terbesar di Kota Lhokseumawe, antara lain ikan tongkol -0,27 persen, minyak goreng -0,16 persen, jeruk nipis -0,04 persen, jeruk -0,04 persen dan telur ayam ras -0,04 persen.

"Harga ikan tongkol melanjutkan tren penurunan harga sejak Juni akibat hasil tangkapan nelayan yang berlimpah. Sedangkan menurunnya harga minyak goreng karena ketersediaan stok yang sudah mulai teratasi dan penurunan harga CPO dunia," kata Gunawan.

Di sisi lain, kata Gunawan, peningkatan jumlah hasil tangkapan nelayan yang dipengaruhi faktor cuaca juga berkontribusi terhadap arah inflasi pada Agustus 2022.

Sementara, kenaikan harga pada angkutan udara diprakirakan masih menjadi faktor pendorong risiko kenaikan inflasi seiring dengan kenaikan tarif angkutan udara akibat kenaikan harga bahan bakar pesawat serta tetap tingginya tingkat permintaan.

"Risiko tekanan inflasi pada triwulan III tahun ini diprakirakan akan dipengaruhi oleh peningkatan harga sejumlah komoditas global yang memengaruhi harga sejumlah barang dan jasa di dalam negeri," kata Gunawan.

Gunawan mengatakan, pelonggaran kebijakan COVID-19 yang diiringi dengan pembukaan kembali sejumlah destinasi wisata dan rute penerbangan internasional diperkirakan juga menjadi faktor yang memengaruhi inflasi.

"Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Pengendalian inflasi dilakukan dengan menjaga ketersediaan barang, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif," kata Gunawan.