JAKARTA – Tounge-tie sering dianggap sebagai penyebab anak mengalami speech delay atau terlambat bicara dan kesulitan melakukan pelekatan saat disusui air susu ibu (ASI).
Belakangan ini, istilah tounge-tie cukup sering dibahas di masyarakat, terutama para ibu. Umumnya mereka merasa khawatir ketika bayi mengalami tounge-tie akan menyebabkan sejumlah masalah.
Tounge-tie ini disebut-sebut bisa menyebabkan sejumlah masalah pada anak, mulai dari kesulitan menyusui yang berakibat kurangnya berat badan, sampai keterlambatan bicara pada anak.
Namun para dokter sepakat bahwa tidak ada kaitan antara keterlambatan bicara dan tounge-tie, sehingga tidak perlu melakukan insisi atau proses pemotongan.

"Apakah Tongue-tie akan mempengaruhi speech delay? Tentu saja tidak. Mungkin akan mempengaruhi pengucapan beberapa huruf seperti T-D-S-L-R dan lainnya, tetapi akan membaik dengan bertambahnya usia. Masalah ini akan teratasi tapi tidak menyebabkan speech delay," ujar dr. Naomi dalam acara webinar bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Tidak Diketahui Penyebabnya
Tounge-tie atau ankyglossia adalah kelainan pada frenulum lidah bayi sehingga berukuran terlalu pendek. Biasanya anak dengan tounge-tie memiliki masalah pada frenulum lidah yang menghubungkan lidah bagian depat ke dasar mulut.
Tounge-tie merupakan kelainan kongenital yang diperkirakan terjadi pada tiga sampai lima persen bayi yang baru lahir. Kondisi ini juga lebih umum terjadi pada bayi laki-laki dibandingkan bayi perempuan.
Bayi dengan tounge-tie akan kesulitan menggerakkan lidah ke atas dan tidak bisa menjulurkan lidah melewati gigi depan.
Sampai sekarang, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan tounge-tie. Namun pada beberapa kasus, bayi penderita tounge-tie memiliki orangtua dengan riwayat kondisi yang sama. Karena itu, ada dugaan tounge-tie terkait dengan faktor genetik.
BACA JUGA:
Namun belakangan, kondisi tounge-tie seringkali disebut sebagai penyebab bayi kesulitan melakukan pelekatan saat menyusui. Bayi dengan tounge-tie juga akan kesulitan menggerakkan lidah ke atas dan tidak bisa menjulurkan lidah melewati gigi depan.
Belum lagi adanya keyakinan tentang speech delay atau keterlambatan bicara yang katanya disebabkan oleh tounge-tie. Tapi, anggapan bahwa tounge-tie akan menyebabkan keterlambatan bicara dibantah oleh Ketua Satgas ASI IDAI Dr.dr.Naomi Esthernita F. Dewanto, Sp.A, Subsp.Neo (K).
"Apakah tongue-tie akan mempengaruhi speech delay? Tentu saja tidak,” kata dr. Naomi.
“Mungkin akan mempengaruhi pengucapan beberapa huruf seperti T-D-S-L-R dan lainnya, tetapi akan membaik dengan bertambahnya usia. Masalah ini akan teratasi tapi tidak menyebabkan speech delay," ia menambahkan.
Tidak Perlu Insisi
Hal ini juga ditegaskan dr. Arifianto, Sp.A (K). Ia menegaskan tidak ada kaitannya antara tounge-tie dan keterlambatan bicara. Kalau menghubungkan antara tounge-tie dan speech disorder, terutama gangguan artikulasi seperti pelafalan kata atau hurup tertentu, bisa saja.
“Meksipun banyak publikasi ilmiah menunjukkan tidak selalu anak-anak dengan tounge-tie pasti akan mengalami gangguan bicara, semisal cadel atau semacamnya. Kalau terlambat bicara, jelas tidak ada hubungannya,” jelas pria yang akrab disapa dr. Apin.
Selain speech delay, tounge-tie juga disebut dapat melahirkan masalah kesulitan pelekatan dalam menyusui. Beberapa bayi dengan tounge-tie memang bisa menyebabkan kesulitan menyusui. Hal ini biasanya membuat ibu khawatir bayinya tidak mendapatkan nutrisi yang cukup.
Namun faktanya, tidak semua bayi dengan kondisi tounge-tie harus ditangani dengan tindakan insisi, selama tidak ada masalah menyusu atau makan.

Masalah ini dapat dijumpai pada bayi di mana frenilum lingual pendek atau tebal tapi tidak selalu harus dilakukan insisi. Insisi adalah tindakan medis yang melibatkan pemotongan atau sayatan pada jaringan tubuh.
"Jadi pesannya adalah kesulitan menyusui itu sering sekali ditemukan ada periode postpartum, tapi tidak semua kesulitan menyusui itu disebabkan oleh tongue-tie, dan tidak semua tongue-tie harus dilakukan insisi," jelas dr. Naomi.
Dokter Arifianto mengamini hal tersebut. “Meskipun ternyata masuk kategori tounge-tie sekalipun, mayoritas tidak perlu diinsisi, karena tidak mengganggu proses bayi menyusu ataupun akan membuat gangguan artikulasi di kemudian hari,” pungkasnya.