Tantangan Mustika Ratu Sepeninggal Mooryati Soedibyo, di Tengah Gempuran Kosmetik Lokal
Keluarga dan kerabat melayat almarhumah pendiri Mustika Ratu Mooryati Soedibyo di rumah duka Jalan Ki Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta, Rabu (24/4/2024). (Antara/Indrianto Eko Suwarso/nym)

Bagikan:

JAKARTA – Mustika Ratu merupakan pioner perusahaan kosmetik dan jamu tradisional di Indonesia. Namun berkembangnya industri kosmetik lokal dalam beberapa tahun ke belakang menjadi periode yang menantang bagi Mustika Ratu.

Mustika Ratu merupakan perusahaan kosmetik yang didirikan BRA. Mooryati Soedibyo pada 1975. Mooryati meninggal dunia dalam usia 96 tahun, Rabu (24/4/2024) pukul 01.00 WIB. Kabar tersebut pertama kali diumumkan putrinya, yang juga merupakan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Putri Kus Wisnu Wardhani.

"Innalilahi Wainnalillaihi Roji'un. Telah meninggal dunia dalam kedamaian, Ibu DR.H.BRA. Mooryati Soedibyo pada hari Rabu jam 1.00 WIB dini hari tanggal 24 April 2024 pada usia 96 tahun," ujar Putri Kus Wisnu Wardani melalui pesan singkat.

Mooryati bukan hanya pendiri Mustika Ratu, tapi ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua MPR-RI periode 2004-2009. Selain itu, wanita kelahiran Surakarta, 5 Januari 1928 ini ini merupakan pendiri Yayasan Puteri Indonesia sekaligus pencetus ajang kecantikan Puteri Indonesia pada 1992 yang digelar setiap tahun sampai sekarang.

Selepas kepergian Mooryati, bagaimana bisnis Mustika Ratu ke depannya?

Berawal dari Garasi Kecil

Sebagai cucu Raja Kasunanan Surakarta Paku Buwono X, kehidupan Mooryati Soedibyo sangat dekat dengan pendidikan tradisional yang menekankan tata krama, seni tari, kerawitan, membatik, bahasa sastra Jawa, dan bidang seni lainnya.

Pada 1973, Mooryati memulai bisnis pembuatan jamu dan kosmetik skala kecil di garasi rumah. Ketika itu ia sudah 17 tahun menikah dengan Soedibyo Purbo Hardiningrat. Modal awal usahanya uang sebesar Rp25 ribu.

Tak hanya modal uang, Mooryati membuka usaha di bidang kosmetik dan jamu karena sejak kecil ia sudah terbiasa dengan itu. Sejak kecil, ia sudah terbiasa merias wajahnya sendiri dan putri-putri keraton setiap hendak menari sebelum upacara atau ketika ada kunjungan tamu agung.

Ilustrasi produk perawatan tubuh Mustika Ratu. Berawal dari usaha rumahan, bisnis Mustika Ratu terus berkembang hingga 46 tahun. (@mustikaratuind / Instagram)

Singkat cerita, pada 1978 Mooryati Soedibyo mendirikan Mustika Ratu, yang menjelma menjadi raksasa kosmetik dan jamu tradisional terkenal di Tanah Air. Pada 1981, seiring dengan meningkatnya permintaan pasar, pabrik jamu dan kosmetik terbesar pertama di Indonesia berdiri di Jalan Raya Bogor KM 26,4 Ciracas, Jakarta Timur.

Bisnis Mustika Ratu berkembang pesat, ditandai dengan akhirnya go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham MRAT. Selama empat dekade lebih, tak kurang dari 1.000 produk dihasilkan perusahaan dengan inovasi dan karakter produk mengikuti perkembangan zaman.

"Pemasaran dan riset konsumen terus kami dilakukan agar produk dan servis Mustika Ratu kualitas kami terus terjamin dan diminati oleh konsumen baik di dalam dan luar negeri," kata Director Business Development and Innovation Mustika Ratu, Ajeng Kusuma Anjani.

Laba Bersih Turun

Namun seiring berjalannya waktu, Mustika Ratu tak lagi seperkasa dulu dalam bisnis produk kosmetik. Menjamurnya produk kosmetik lokal dalam beberapa tahun ke belakang menjadi tantangan tersendiri bagi Mustika Ratu, karena bersaing di era sekarang tentu tidak mudah.

Fenomena industri kosmetik melesat terjadi setelah pandemi COVID-19. Industri di bidang kecantikan tumbuh mengesankan, baik dari jumlah pemain maupun volume produksi, serta pangsa pasarnya.

Mengutip Indonesia.go.id, ada 1.010 perusahaan kecantikan di Indonesia dan sepanjang Januari sampai Oktober 2023, nilai ekspor industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional tembus 601 juta dolar AS atau Rp6,7 triliun (kurs Rp 16.191).

Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetik Indonesia (PPA Kosmetik Indonesia) mengatakan, pertumbuhan jumlah industri kosmetik Indonesia mencapai 21,9 persen, yakni 913 perusahaan di tahun 2022 dan di pertengahan 2023 sebanyak 1.010 perusahaan.

Logo Mustika Ratu. (

Selain bertumbuh, industri kosmetik lokal juga berkembang dengan memberikan berbagai produk inovatif bagi para konsumen. Hal ini seiring kesadaran masyarakat yang juga kian meningkat terhadap pentingnya merawat penampilan.

“Banyak merek kosmetik lokal yang terus terpacu untuk menghasilkan produk dengan teknologi dan tren kandungan terbaru sesuai kebutuhan masyarakat saat ini. Apalagi, dengan perkembangan zaman, produk kosmetik juga telah digunakan oleh berbagai segmen masyarakat, bahkan sudah tersedia produk kosmetik yang diformulasi secara khusus untuk kebutuhan bayi hingga laki-laki,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita pada November 2023.

Di tengah ketatnya persaingan dan ditambah pandemi COVID-19 yang menerjang Indonesia pada awal 2020, angka penjualan Mustika Ratu sempat mengalami penurunan. Sepanjang Januari hingga September 2020, Mustika Ratu membukukan penjualan bersih Rp222,26 miliar. Angka ini turun tipis 0,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sedangkan laba bersih perusahaan turun 73,93 persen secara tahunan, dari semula Rp2,30 miliar menjadi Rp601,03 juta seiring meningkatnya biaya operasional.

Mustika Ratu bukan satu-satunya bisnis kosmetik yang jatuh bangun di era sekarang. Bangkrutnya The Body Shop di Inggris bisa menjadi salah satu contoh bahwa perusahaan besarpun terancam kebangkrutan jika tak mampu menghadapi perubahan era.

Hal ini pernah diungkapkan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang PS Brodjonegoro tak lama setelah produsen jamu Nyonya Meneer pailit pada 2017. 

Menurutnya, saat ini, telah terjadi perubahan era permintaan konsumen, dari yang sebelumnya secara tradisional, kini lebih modern dan cepat. Selain itu, permintaan konsumen di era saat ini turut dipengaruhi oleh teknologi dan gaya hidup, sehingga produsen perlu mengikuti keinginan pasar tersebut.

Jika tak diamini, bukan tak mungkin produsen jatuh pada keterpurukan, seperti yang terjadi pada Nyonya Meneer.

"Jadi, memang ada proses perubahan atau kemajuan zaman yang menuntut manajemen mengikuti derap dari bisnisnya," tutur Bambang.