JAKARTA - Panglima Militer Amerika Serikat di Korea Selatan (USFK) Jenderal Xavier Brunson menolak laporan terbaru tentang potensi pemangkasan pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan pada Hari Rabu, menyebut USFK yang beranggotakan 28.500 orang sebagai "manifestasi fisik dari komitmen AS yang kuat."
Pernyataan Jenderal Brunson muncul setelah The Wall Street Journal melaporkan Washington sedang mempertimbangkan untuk menarik sekitar 4.500 tentara, atau 16 persen dari komando, merelokasi mereka ke lokasi lain di Indo-Pasifik, termasuk Guam, sebagai bagian dari tinjauan kebijakan informal yang belum disampaikan kepada Presiden AS Donald Trump.
Laporan tersebut muncul di tengah spekulasi Washington mungkin akan menarik sebagian USFK untuk mencari "fleksibilitas strategis" guna memperluas peran komando tersebut agar dapat menghadapi ketegasan Tiongkok yang semakin meningkat atau berpotensi meminta kenaikan porsi Seoul dalam menempatkan pasukan Amerika di negara tersebut.
"Sejujurnya, saya memiliki empat jabatan, dan salah satu jabatan yang saya pegang adalah perwira militer senior AS yang ditugaskan di Republik Korea, dan dalam peran tersebut, tugas saya adalah berbicara atas perintah ketua," kata Jenderal Brunson dalam simposium daring yang diselenggarakan oleh Institut Studi Korea-Amerika saat ditanya tentang masalah tersebut, melansir The Korea Times 28 Mei.
"Ketua belum menelepon saya dan memberi tahu saya hal lain," katanya, merujuk pada Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal (AU) John Daniel Caine.

Sebelumnya, Seoul maupun Washington telah membantah laporan tersebut, dengan Pentagon menyebutnya "tidak benar" menegaskan kembali Amerika tetap "sepenuhnya" berkomitmen untuk membela Korea Selatan dan memperkuat aliansi.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan juga mengesampingkan adanya diskusi mengenai masalah tersebut, yang menurutnya merupakan masalah yang memerlukan konsultasi bilateral.
Sementara Jenderal Brunson mengakui "semua hal," termasuk perubahan kekuatan, dapat menjadi bahan diskusi dalam "tahun-tahun antarperang" untuk menghadapi perkembangan teknologi dan lingkungan operasi kontemporer, ia menggarisbawahi pentingnya USFK secara strategis dalam lanskap keamanan yang terus berkembang.
"USFK adalah perwujudan fisik dari komitmen AS yang kuat terhadap perjanjian pertahanan bersama AS-ROK. Ini adalah kehadiran dan pencegah yang strategis, dinamis, dan berwawasan ke depan serta sangat mampu," katanya, menggunakan singkatan nama resmi Korea Selatan, Republik Korea.
Menggambarkan lokasi geografis Korea Selatan di wilayah tersebut sebagai "kapal induk" yang berada di antara Laut Timur dan Barat, serta Jepang, Jenderal Brunson menekankan kehadiran strategis tersebut membantu mengekang ancaman Rusia di Laut Timur dan ancaman Tiongkok di Laut Barat.

"Tidak seorang pun di militer AS berada di benua Asia. Saya berada di sana," kata komandan USFK.
"Tidak seorang pun selain pasukan kami di semenanjung yang dapat memperoleh pengaruh dari semenanjung terhadap musuh di wilayah kami," tambahnya.
Dengan latar belakang seperti itu, Komandan USFK, yang juga menjabat sebagai Kepala Komando PBB (UNC) dan Komando Pasukan Gabungan Korea Selatan-AS, menyoroti semakin pentingnya UNC sebagai kerangka kerja multinasional.
"Multilateralisme ini sedang beraksi. Ia berfungsi, dan berhasil," jelas Jenderal Brunson, seraya mencatat komposisi UNC yang melibatkan 18 negara anggota yang juga merupakan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), dan AUKUS.
"Ini penting, karena jika terjadi konflik, kita tidak akan punya waktu untuk membangun tim," tandasnya.
BACA JUGA:
Komandan tersebut mengatakan sebagai cara untuk memastikan "perdamaian melalui kekuatan," fleksibilitas strategis dapat melibatkan "kadang-kadang untuk pergi ke tempat lain" dalam menghadapi keadaan regional, dengan menyebutkan serangan Rusia dan Tiongkok yang terus berlanjut di Semenanjung Korea.
"Kita harus bergerak ke tempat-tempat yang bermasalah agar kita dapat memperbaikinya," kata Jenderal Brunson.
"Kita harus fleksibel dalam perencanaan kita, dan kita benar-benar harus fleksibel dalam pelaksanaan kita, karena satu hal baik yang kita miliki di sini yang akan memungkinkan kita untuk menunjukkan fleksibilitas strategis adalah militer ROK yang kuat, dan itu tidak seperti tempat lain di dunia," tandasnya.