Posisinya Dikudeta, Duta Besar Myanmar Percaya Inggris Tidak akan Mendukung Rezim Militer
Duta Besar Myanmar untuk Inggris Kyaw Zwar Minn. (Wikimedia Commons/Foreign and Commonwealth Office)

Bagikan:

JAKARTA - Duta Besar Myanmar untuk Inggris yang 'dikudeta' oleh perwakilan militer dan tidak bisa memasuki Kedutaan Besar Inggris di London Kyaw Zwar Minn, mendesak Pemerintah Inggris tidak mengakui utusan rezim militer Myanmar untuk menggantikan dirinya. 

Dalam sebuah langkah yang dapat berimplikasi pada diplomat Myanmar di seluruh dunia, duta besar itu dikunci dari kedutaan besarnya sendiri pada Hari Rabu oleh wakilnya, Chit Win atas perintah militer Myanmar yang merebut kekuasaan pada bulan Februari.

"Duta besar telah dipanggil kembali oleh rezim militer Myanmar, sejak itu dia berhenti mengikuti instruksi dari Kementerian Luar Negeri Myanmar," kata Duta Besar Kyaw Zwar Minn melalui seorang juru bicara, melansir Reuters Kamis 8 April.

"Kami yakin Pemerintah Inggris tidak akan mendukung mereka yang bekerja untuk junta militer. Dan kami juga ingin mendesak Pemerintah Inggris untuk mengirim mereka kembali," lanjut sang juru bicara

Dalam sebuah surat kepada Kementerian Luar Negeri Inggris dari Kedutaan Besar Myanmar, dilihat oleh Reuters, mereka yang mengendalikan kedutaan mengatakan Wakil Duta Besar Chit Win telah mengambil alih sebagai kuasa pada 7 April. Kyaw Zwar Minn dipanggil kembali (ke Myanmar) pada 9 Maret, kata surat itu.

Kyaw Zwar Minn melalui juru bicaranya mengatakan, dia memiliki keyakinan penuh Pemerintah Inggris akan terus menunjukkan penolakan mereka terhadap rezim militer yang melanggar hukum.

"Dia mencoba berjalan di jalan tengah, tetapi tidak ada keraguan mana yang berada di sisi kanan. Dewan militer telah menewaskan hampir 600 orang, termasuk 48 anak-anak," kata duta besar itu.

"Kami menyerukan kepada pemerintah Inggris secara khusus untuk menolak bekerja dengan penanggung jawab Chit Win yang telah dicalonkan oleh dewan militer atau Duta Besar Myanmar lainnya, yang mungkin mereka coba nominasikan di masa depan," pungkasnya.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.