Pemkot Surakarta Targetkan Tidak Ada Kasus Baru Stunting Tahun Depan
Ilustrasi - Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka di Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. ANTARA/Aris Wasita

Bagikan:

SURAKARTA - Pemerintah Kota Surakarta menargetkan tidak ada kasus baru untuk stunting atau gagal tumbuh di tahun depan menyusul arahan dari Presiden Joko Widodo yang menargetkan penurunan angka kasus tersebut pada 2024.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Surakarta Purwanti mengatakan salah satu yang harus diperhatikan adalah pola asuh dalam keluarga.

Langkah antisipasi stunting adalah dengan kampanye 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). 1.000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat kehamilan, yakni 270 hari sampai dengan anak berusia 2 tahun atau 730 hari.

Oleh karena itu, salah satu yang perlu diperhatikan adalah pemeriksaan kesehatan pada ibu hamil. Menurut dia, pemeriksaan kesehatan pada ibu hamil paling tidak dilakukan sebanyak enam kali selama masa kehamilan.

"Selain itu, dua kali harus ketemu dokter dan diperiksa USG. Setelah itu memastikan seluruh ibu hamil mengkonsumsi tablet penambah darah," katanya di Solo, Jawa Tengah, Antara, Kamis, 7 Desember. 

Mengenai temuan kasus stunting di Solo, pihaknya mencatat pada penimbangan serentak Agustus tercatat 4,3 persen atau 900 kasus. Jumlah ini jauh di bawah angka nasional yang mencapai 21,6 persen.

Sebelumnya, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan langkah intervensi pencegahan stunting harus dilakukan, termasuk penyediaan air minum dan sanitasi hingga pelayanan gizi dan kesehatan.

"Yang jelas kami monitoring dari sejak usia remaja, misalnya masalah anemia itu kan harus dimonitor pas masa remaja, sebelum menikah dan seterusnya," katanya.

Selain itu, pada masa kehamilan juga terus dimonitor sampai dengan anak usia dua tahun. Pemantauan juga dilakukan di lingkungan sekitar.

"Misalnya ada daerah kumuh pasti stunting tinggi, kita intervensi dengan misalnya bedah rumah, kita intervensi dengan sanitasi yang baik, drainase yang baik jadi semua masalah terselesaikan," katanya.

Disinggung mengenai program makan siang gratis dan pemberian susu, menurut dia penting dilakukan untuk mempersiapkan SDM unggul dalam menghadapi Indonesia Emas 2045.

"Kalau gizi sudah terpenuhi maka kemampuan menangkap pembelajaran dari gurunya pasti masuk. Makanya kami ingin ada makan siang gratis, susu gratis seperti di negara-negara maju. Jadi kami ingin menyiapkan SDM terbaik untuk menuju Indonesia Emas," katanya.