Potensi Bursa Karbon RI Disebut Capai Rp3.000 Triliun, dari Sektor Apa Saja?
Presiden Joko Widodo mengenai potensi bursa karbon RI (Foto: Dok. BEI)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa potensi perdagangan bursa karbon Indonesia dapat tembus Rp3.000 triliun. Menurut Presiden Jokowi, terdapat satu gigaton karbondioksida (CO2) potensi kredit karbon yang dapat dihasilkan. Lantas potensi bursa karbon RI ada pada sektor apa?

"Rp3.000 triliun bahkan bisa lebih. Sebuah angka yang sangat besar. Yang tentu ini akan menjadi kesempatan ekonomi baru yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sejalan dengan arah dunia yang menuju ekonomi hijau," ucap Jokowi dalam peluncuran Bursa Karbon pertama di Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa 25 September.

Indonesia resmi membuka perdagangan kredit karbon sebagai bentuk kontribusi nyata dalam mengatasi krisis iklim. Hasil dari perdagangan karbon akan diinvestasikan kembali untuk program-program yang bertujuan menjaga atau melestarikan lingkungan. Potensi bursa karbon RI digadang-gadang bakal menjadi salah satu yang terpenting dan terbesar di dunia. 

Potensi Bursa Karbon RI

Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam nature-based solutions. RI juga menjadi satu-satunya negara dengan 60 persen pemenuhan pengurangan emisi karbon yang berasal dari sektor alam. Terdapat kurang lebih 1 gigaton karbondioksida (CO2) potensi karbon yang dapat ditangkap, berdasarkan catatan presiden. 

“Jika dikalkulasi, potensi bursa karbon kita bisa mencapai, potensinya Rp3.000 triliun, bahkan bisa lebih. Sebuah angka yang sangat besar, yang tentu ini akan menjadi sebuah kesempatan ekonomi baru yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sejalan dengan arah dunia yang sedang menuju kepada ekonomi hijau,” tutur Jokowi.

Untuk merealisasikan terwujudnya ekonomi hijau, Presiden Jokowi mendorong terciptanya langkah-langkah konkret dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Pasalnya efek berbahaya dari krisis iklim sudah sangat dirasakan, mulai dari polusi, banjir, kenaikan suhu bumi, hingga kekeringan. 

“Bursa karbon yang kita luncurkan hari ini bisa menjadi sebuah langkah konkret, bisa menjadi sebuah langkah besar untuk Indonesia mencapai target NDC (Nationally Determined Contribution),” lanjut Jokowi.

Ada tiga hal yang menjadi fokus atau ditekankan oleh Presiden Jokowi dalam menjalankan perdagangan karbon. Pertama, ayah dari Walikota Solo ini menekankan agar menjadikan standar karbon internasional sebagai rujukan. Selain itu, transaksi dalam perdagangan karbon harus memanfaatkan teknologi agar bisa efektif dan efisien. 

Kedua, Presiden juga meminta adanya timeline dan target dalam perdagangan karbon baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Ketiga, Presiden meminta adanya pengaturan dan fasilitasi pasar karbon sukarela sesuai praktik di komunitas internasional, serta memastikan standar internasional tidak mengganggu target NDC Indonesia. 

Pasar Utama Bursa Karbon RI

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan target utama dalam perdagangan kredit karbon Indonesia bukan perusahaan tambang, namun pada sektor transportasi dan pembangkit listrik. Kedua sektor tersebut mampu menghasilkan emisi karbon terbesar di tanah air. 

Menurut Kemenko Marves, emisi yang dihasilkan pada perusahaan tambang maupun smelter tidak sebesar di sektor transportasi dan pembangkit listrik. Namun pemerintah tetap mendorong perusahaan-perusahaan tambang dan smelter untuk menekan penggunaan energi fosil dari PLTU. 

Demikianlah ulasan mengenai potensi bursa karbon RI yang resmi diluncurkan dan dibuka oleh pemerintah Indonesia. Presiden Jokowi optimis Indonesia bisa menjadi poros karbon dunia apabila dapat melaksanakan program-program konkret demi terciptanya ekonomi hijau. 

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.