Korsel Ingatkan Korut dan Rusia Tidak Langgar Resolusi DK PBB Usai Pertemuan Presiden Putin dan Kim Jong-un
Presiden Vladimir Putin bersama Kim Jong-un di fasilitas peluncuran luar angkasa modern Rusia Vostochny Cosmodrome. (Sumber: Kremlin)

Bagikan:

JAKARTA - Dewan Keamanan Nasional (NSC) Korea Selatan pada Hari Kamis mengatakan, Korea Utara dan Rusia akan "membayar harga" jika mereka melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa.

Dewan tersebut juga mengatakan, pihaknya akan menanggapi dengan serius diskusi kedua negara mengenai kemungkinan kerja sama militer, termasuk pengembangan rudal balistik antarbenua (ICBM).

"Pemerintah mengatakan, setiap tindakan yang mengancam keamanan kami oleh Korea Utara dan Rusia yang melanggar resolusi Dewan Keamanan (PBB), akan ada harga yang harus dibayar," bunyi pernyataan itu, dilansir dari Reuters 15 September.

Mendesak Pyongyang dan Moskow untuk tidak memperdagangkan senjata, Korea Selatan di sisi lain akan bekerja sama dengan Amerika Serikat, Jepang dan komunitas internasional untuk menangani situasi yang terjadi, kata dewan tersebut dalam sebuah pernyataan

Pesan tersebut muncul setelah DK PBB mengadakan pertemuan untuk membahas pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pertemuan Korea Selatan dihadiri oleh para pejabat senior termasuk menteri luar negeri dan juga menteri unifikasi, yang bertanggung jawab atas hubungan dengan Korea Utara.

Sebelumnya, Menteri Unifikasi Kim Young-ho juga menyatakan keprihatinannya atas kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia.

Diketahui, kunjungan Kim Jong-un ke Rusia dan pertemuannya Presiden Vladimir Putin menjadi sorotan dunia internasional, dengan fokus pada kemungkinan kerja sama persenjataan kedua negara.

Ketika ditanya apakah kedua pemimpin akan berbicara tentang mendapatkan pasokan persenjataan dari Pyongyang untuk Moskow, Presiden Putin mengatakan mereka akan membahas "semua masalah".

Terpisah, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kedua negara bekerja sama dalam bidang "sensitif" yang tidak akan dipublikasikan, ketika ditanya apakah para pemimpin akan membahas senjata, menurut kantor berita Interfax.