Tel Aviv Mungkin Tolak Seruan Turki Terkait Pembicaraan Solusi Dua Negara, Menlu Palestina: Masalahnya Adalah Israel
Ilustrasi Palestina. (Wikimedia Commons/Ahmed Abu Hameeda)

Bagikan:

JAKARTA - Israel mungkin menentang pendekatan niat baik Turki terhadap konkretisasi solusi dua negara dan negosiasi politik dengan Palestina, kata Menteri Luar Negeri negara itu Riyad al-Maliki.

“Turki selalu ingin proaktif, mencoba memecahkan masalah. Masalahnya bukan Turki atau Palestina, masalahnya adalah Israel,” kata al-Maliki kepada Anadolu Agency, dikutip dari Daily Sabah 24 Mei.

Mengatakan Tel Aviv menolak negosiasi Palestina-Israel, al-Maliki ingat Perdana Menteri Naftali Bennett menyuarakan penentangannya terkait solusi dua negara, negosiasi dan negara Palestina yang berdaulat.

Al-Maliki mengatakan, dia tidak percaya inisiatif yang dimulai oleh Turki atau negara lain akan dibalas oleh Israel.

"Kita harus dapat melihat bahwa hubungan antara Turki dan Israel sudah matang, bahwa Turki dapat menekan Israel untuk melayani rakyat Palestina," terang al-Maliki, mencatat bahwa dia akan berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri Mevlüt Cavuşoğlu ke mana arah hubungan ini, bagaimana Ankara bertujuan untuk membebaskan Palestina dari kebuntuan ini, bagaimana mengakhiri masalah akibat pendudukan Israel yang sedang berlangsung.

Berbicara tentang hubungan bilateral dengan Turki, al-Maliki mengatakan bahwa hubungan tersebut didasarkan pada alasan sejarah dan kuat.

"Kami bekerja sama untuk menghapus penindasan, keluhan rakyat Palestina dan untuk melindungi hak-hak mereka," terangnya.

Al-Maliki mengatakan, Palestina menyambut baik kunjungan delegasi besar dari Turki dan kesepakatan diharapkan akan ditandatangani setelah putaran kedua Komite Bersama Turki-Palestina.

menlu turki
Menlu Turki Mevlüt Çavuşoğlu. (Wikimedia Commons/Ministerie van Buitenlandse Zaken)

Minggu ini, Menlu Cavuşoğlu akan melakukan perjalanan ke Israel dan Palestina. Menlu Cavuşoğlu mengumumkan dia akan mengunjungi Israel pada 25 Mei di tengah meningkatnya upaya antara rival regional untuk memperbaiki hubungan, empat tahun setelah mereka mengusir duta besar mereka.

Diplomat top Turki mengatakan, dia akan melakukan perjalanan ke Israel dan Palestina dengan Menteri Energi Fatih Dönmez pada 24 Mei dan akan membahas penunjukan duta besar dengan mitra Israel-nya selama kunjungan. Kerjasama energi diharapkan menjadi topik lain dalam agenda.

Diketahui, Turki dan Israel baru-baru ini mencoba membuka lembaran baru dalam hubungan mereka, yang ditandai dengan kunjungan Presiden Israel Isaac Herzog dan pertemuannya dengan Presiden Recep Tayyip Erdoğan di Ankara pada Maret lalu.

Duta Besar Palestina untuk Turki Faed Mustafa mengatakan, pemulihan hubungan baru-baru ini antara Turki dan Israel tidak menjadi perhatian bagi Palestina, menyoroti dukungan dari pemerintah dan rakyat Turki untuk perjuangan Palestina akan terus berlanjut.

"Kami tidak berpikir itu (hubungan antara Israel-Turki) akan berdampak negatif. Kami menghormati pilihan Turki. Kami menghormati kedaulatan Turki. Turki memutuskan sendiri dengan siapa ia menjalin hubungan atau tidak," ujarnya.

"Namun, membuka ke Israel, tidak akan membuat kami senang baik dari Turki atau negara lain mana pun di dunia. Karena Israel, bagi kami, adalah negara pendudukan. Negara pendudukan ini harus dikepung dan diperhitungkan atas kejahatan yang dilakukannya," tegas utusan itu.

"Kami yakin Turki mendukung rakyat Palestina. Sikap Turki adalah jujur, kuat, dan mantap. Kepercayaan kami pada Turki sangat besar," tandasnya.