Desa Liang Sola di Manggarai Barat NTT Gunakan Dana Desa Rp32,1 Juta Tangani Stunting
Kegiatan pemeriksaan kesehatan di Posyandu Waemata Desa Liang Sola, Manggarai Barat, NTT (Via ANTARA)

Bagikan:

MANGGARAI BARAT - Desa Liang Sola di Manggarai Barat, NTT, menggunakan dana desa sebesar Rp32,1 juta untuk menangani permasalahan kesehatan kekerdilan (stunting) baik untuk anak stunting maupun ibu hamil.

"Dana itu kami gunakan khusus untuk pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil, ibu hamil kekurangan energi kronik (KEK), bayi-balita dan anak stunting," kata Kepala Desa Liang Sola Adrianus Harsi di Labuan Bajo, Antara, Jumat, 20 Mei

Dana desa sebesar Rp32 juta tersebut terbagi untuk PMT ibu hamil sebesar Rp8,1 juta; PMT bayi/balita sebesar Rp6 juta; PMT pemulihan anak stunting sebesar Rp6 juta; dan PMT ibu hamil KEK sebesar Rp12 juta.

Harsi mengatakan desa sangat serius sehingga menggunakan dana desa yang ada untuk mengatasi masalah kesehatan itu. Pada 2020, ada 45 anak mengalami kekerdilan, lalu menurun menjadi 40 anak pada 2021. Berkat keseriusan desa, kini tersisa 12 anak pada tahun 2022 yang masih mengalami kekerdilan.

Untuk pembagian PMT bagi bayi dan balita juga anak stunting, Desa Liang Sola telah melakukan satu kali secara terpusat dan satu kali dari rumah ke rumah.

Selanjutnya desa memprioritaskan kunjungan rumah bagi ibu hamil yang dianggap sebagai ibu hamil rentan, seperti ibu hamil KEK, ibu hamil dengan gizi kurang, serta ibu hamil dengan lingkar lengan bawah dan lingkar lengan atas tidak sesuai standar kesehatan.

Adapun hasil kunjungan rumah bidan dan Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dibahas internal dengan kepala desa untuk memecahkan masalah atau kendala yang ditemui, ujarnya.

Harsi menilai seribu hari kehidupan yakni dari dalam rahim ibu hingga 24 bulan setelah bayi lahir adalah fase penting dalam penanganan kekerdilan. Sehingga penanganan kesehatan pada masa itu dianggap sebagai masa emas untuk melahirkan generasi emas.

Untuk itu, pihak desa juga membangun kolaborasi lintas sektor seperti dengan BKKBN dan Wahana Visi Indonesia. Dengan kolaborasi itu, sarana prasarana posyandu ditingkatkan untuk mendukung aktivitas pelayanan kesehatan terhadap bayi/balita dan ibu hamil, seperti pengadaan antropometri kid yang modern untuk melakukan pengukuran tinggi dan berat badan dengan lebih maksimal.

Selanjutnya, Desa Liang Sola juga menyediakan media informasi seputar bidang kesehatan baik melalui grup media sosial Liang Sola yang dapat diakses setiap kader, bidan, tenaga kesehatan, dan mitra yang terlibat dalam kolaborasi tersebut.

Dalam kolaborasi bersama BKKBN, Desa Liang Sola mengadakan Kelas Bumil bagi ibu hamil agar mereka memahami arti pengasuhan yang baik selama kehamilan dan pola makanan bergizi yang dilatih oleh tenaga gizi.

Kelas Bumil ini, lanjut Harsi, dilakukan selama tiga kali dalam setahun dan dilanjutkan dengan kunjungan rumah oleh bidan untuk memantau keadaan ibu hamil dan persoalan yang dihadapi bersama KPM Desa Liang Sola.

Bahkan Desa Liang Sola tengah berupaya menjadikan desa itu sebagai desa layak anak yang mengangkat isu kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan bagi anak-anak desa sebagai sasaran program dan kegiatan.

"Untuk ini sudah masuk pada tahap pengumpulan data dan persoalan anak yang dihadapi di desa. Kami terus bergerak berdasarkan permasalahan dan data yang ada," kata dia menjelaskan.