Membaca Arah Pertemuan Demokrat-NasDem, Koalisi Pemilu 2024?
AHY sambangi Nasdem Tower/Foto: Antara

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) telah bertemu Ketua Umum NasDem Surya Paloh pada Selasa, 29 Maret. Hanya saja, pertemuan itu dianggap biasa saja karena jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, tiap partai akan saling mendekati satu sama lain untuk menjajaki kecocokan berkoalisi.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengatakan pertemuan antara AHY dan Surya Paloh di Kantor DPP Nasdem, Gondangdia, Jakarta Selatan adalah hal yang biasa.

Ujang bilang, pertemuan tersebut adalah sebuah bentuk penjajakan antar partai politik jelang ajang Pemilu 2024 mendatang dan lumrah dilakukan.

"Pertemuan politik biasa. Pertemuan saling menjajaki satu sama lain," kata Ujang kepada wartawan yang dikutip Rabu, 30 Maret.

Dia menilai, terlalu dini jika pertemuan ini lantas dianggap sebagai langkah untuk melawan dominasi PDI Perjuangan dan Partai Gerindra di pemilu mendatang. Kata Ujang, apa yang jadi kesepakatan bisa berubah.

"Terlalu dini jika pertemuan tersebut tuk membangun koalisi Nasdem-Demokrat untuk menangkal atau melawan poros PDIP-Gerindra," ujarnya.

"Nanti juga NasDem ketemu ketua umum partai lain. Begitu juga AHY akan ketemu juga ketua-ketua umum partai lain. Semuanya masih belum terlihat peta koalisi partai. Partai masih saling mendekati dan saling mengakrabkan diri agar nanti jika sudah waktunya mengajukan capres dan cawapres mereka semua sudah saling menyapa," imbuh Ujang.

AHY bertemu Surya Paloh selama dua jam. Usai pertemuan itu, dia mengatakan partainya dan NasDem berpeluang untuk menjalin koalisi untuk Pemilu 2024.

Apalagi, dua partai ini punya keinginan yang sama untuk sukses dengan menaikkan perolehan jumlah kursi mereka di tingkat legislatif. "Sebetulnya terbuka sekali peluang dan opsi-opsi untuk saling berkoalisi," kata AHY kepada wartawan, Selasa, 29 Maret.

Dia mengaku pertemuan tertutup itu berjalan dengan dinamis. Demokrat dan NasDem, AHY bilang, punya visi dan misi yang sama terkait Pemilu 2024 sehingga peluang untuk bekerjasama terbuka luas.

Namun, AHY menegaskan, masih pembicaraan yang harus dilakukan oleh kedua partai ini. Apalagi, tahapan pemilu juga masih jauh.

"NasDem membuka peluang, Demokrat membuka peluang. Tapi, sama kita mengatakan, ya ada timeline yang harus kita ikuti bersama. Sekarang kan masih awal tahun 2022, kita ikuti terus," tegasnya.

"Yang jelas kami memiliki kesepakatan kalau memang banyak titik temunya dibanding perbedaannya, kita juga punya visi misi serupa, tentunya sangat terbuka peluang untuk berkoalisi," imbuh AHY.

Meski berpeluang untuk berkoalisi tapi AHY tak mau mengunci pembicaraan itu dengan menawarkan diri sebagai calon presiden (capres). Lagipula, kedua partai ini sepakat terlalu dini jika bicara soal pencapresan padahal tahapan pemilu belum dimulai.

"Kita belum bicara sejauh itu. Itu juga kita hindari untuk terlalu pagi kita berbicara yang saling seolah-olah mengunci," kata AHY.

Menurut AHY, masih ada beberapa faktor yang perlu dibicarakan perihal koalisi antara dua partai Demokrat dan NasDem. Termasuk, melihat kehendak rakyat.

"Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dan diukur, kita sama-sama ingin mengedepankan logika, visi misi, dan kehendak rakyat tentunya," ungkapnya.

Senada dengan AHY, Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali juga mengatakan tak ada pembicaraan soal capres dalam pertemuan partainya dengan Demokrat. Kesepakatan yang terjadi antara dua partai ini hanya terkait persiapan menghadapi Pemilu 2024.

"Capres masih terlalu cair untuk dibicarakan. NasDem dan Demokrat telah terjadi kesepakatan, kesepakatan untuk melakukan persiapan menghadapi Pemilu 2024," tegasnya.

Lagi pula, NasDem sedang memantau sosok lain serta peta politik terkini. Bahkan, Ali mengatakan partainya terus melihat sejumlah nama calon potensial yang muncul dari hasil survei sejumlah lembaga.

"Sama sekali kita tidak bicarakan itu, masih terlalu jauh, masih terlalu cair, karena seperti dikatakan AHY kita tidak mau mengunci itu. Akan banyak figur-figur baru yang kita lihat peta politik sampai 2022 akhir, barulah nanti akan semakin mengerucut kepada siapa," ujarnya.

"Tapi bahwa hari ini ada beberapa nama yang muncul di lembaga survei, saya pikir itu menjadi bahan diskusi," pungkas Ali.