Bagikan:

JAKARTA - Kepala fasilitas penelitian nuklir di Kota Kharkiv, Ukraina timur laut, mengatakan pada hari Jumat bahwa dasar institut tersebut telah dihantam oleh peluru Rusia selama pertempuran baru-baru ini, tetapi inti perumahan bahan bakar nuklir tetap utuh.

Dia memperingatkan, bagaimanapun, risiko kerusakan yang mungkin terjadi di masa depan akibat serangan saat ini pada peralatan di inti dapat menimbulkan bahaya.

"Fasilitas, dalam kondisi kerja, tidak menimbulkan bahaya apa pun," kata Mykola Shulga, direktur jenderal Institut Fisika dan Teknologi Kharkiv Pusat Sains Nasional, melansir Reuters 12 Maret.

"Namun, jika ada kerusakan fisik, kebocoran bahan bakar nuklir mungkin terjadi, unsur radioaktif (dapat keluar) di luar," sambungnya saat berbicara dengan Reuters di dalam fasilitas tersebut.

"Ini jelas akan menjadi masalah yang sangat besar bagi lingkungan. Dengan kata lain, apa yang akan terjadi akan sebanding dengan situasi serupa di pembangkit listrik tenaga nuklir mana pun," tandasnya.

Sementara bagian dalam institut tidak mengalami kerusakan, beberapa dinding luar bangunan rusak oleh pecahan peluru dan jendela-jendela pecah.

Sebelumnya, Ukraina dan sekutunya mengkhawatirkan risiko invasi Rusia terhadap fasilitas nuklir di seluruh negeri, termasuk pembangkit listrik dan pusat penelitian.

Zaporizhzhia, pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, kini berada di tangan Rusia. Selama pertempuran dengan pasukan Ukraina di daerah itu, kebakaran terjadi di sebuah bangunan di lokasi tersebut.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB, mengatakan hal serupa terjadi di fasilitas limbah radioaktif di Chernobyl, dekat pembangkit listrik yang mati yang merupakan lokasi bencana nuklir terburuk di dunia pada 1986.

Kedua situs tersebut berada di bawah kendali pasukan Rusia, tetapi dioperasikan oleh staf Ukraina dalam kondisi yang menurut IAEA membahayakan keselamatan fasilitas tersebut.

Shulga menepis laporan baru-baru ini di media Rusia, yang menyebut Ukraina sedang mengembangkan senjata nuklir 'bom kotor'. Laporan berbasis sumber tidak mengutip bukti.

"Tidak mungkin membuat senjata nuklir dari sel bahan bakar nuklir itu," tandasnya.

"Berita palsu yang beredar di media baru-baru ini tentang lembaga kami yang bekerja untuk memproduksi senjata nuklir sama sekali tidak benar. Terlebih lagi, semua yang sedang dikerjakan di lembaga tersebut sepenuhnya dikendalikan oleh IAEA," paparnya.

Untuk diketahui, Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai 'operasi militer khusus' untuk melucuti senjata dan 'de-nazifikasi' negara itu. Moskow membantah menargetkan warga sipil.

Adapun Ukraina dan sekutunya menuduh Moskow melakukan invasi tak beralasan yang telah menyebabkan bencana kemanusiaan di mana ratusan warga sipil tewas dan jutaan mengungsi.

Kharkiv sendiri yang merupakan kota terbesar kedua di Ukraina, telah menyaksikan beberapa pemboman terburuk sejak konflik dimulai pada 24 Februari.