ACEH - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memandang penanganan COVID-19 di Indonesia belum berpihak kepada anak. Sebab, saat ini kasus COVID-19 pada anak hingga tingkat kematiannya cukup tinggi.
"Kasus infeksi pada anak mencerminkan bahwa penanganan COVID-19 di Indonesia belum berpihak kepada anak. Ada kondisi yang tidak optimal untuk melindungi anak sebagai salah satu kelompok rentan terhadap COVID-19," kata Komisioner KPAI Retno Listyarti kepada wartawan, Senin, 28 Juni.
BACA JUGA:
Melihat data yang dihimpun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), proporsi kasus positif COVID-19 pada anak usia 0 sampai 18 tahun di Indonesia sebesar 12,5 persen.
"Artinya, 1 dari 8 kasus positif COVID-19 adalah anak-anak," ujar dia.
Tingkat Kematian Kasus COVID-19 pada Anak di Indonesia Tertinggi di Dunia
Tren kasus infeksi pada anak dalam skala global selalu menempati urutan terendah. Bahkan, proporsi infeksi COVID-19 pada anak secara global hanya sekitar 3 persen.
Parahnya, tingkat kematian atau case fatality rate COVID-19 pada anak di Indonesia merupakan tertinggi di dunia, yakni sebesar 3 persen hingga 5 persen dari total anak yang terkonfirmasi positif.
Belum lagi, situasi kesehatan anak yang kompleks seperti malnutrisi dan stunting, akan memperburuk kondisi anak yang terinfeksi COVID-19. Apalagi, rumah-rumah sakit di Indonesia belum dilengkapi ruang ICU khusus anak yang terinfeksi COVID-19.
"Hal inlah yang menjadi penyebab tingkat kematian anak tinggi, karena anak-anak yang megalami masa kritis kerap tidak tertolong akinat ketiadaan ruang ICU," tutur Retno.
Oleh sebab itu, Retno memandang pemerintah perlu melakukan langkah-langkah konkret dan terencana untuk menyelamatkan anak-anak yang terinfeksi COVID-19, sekaligus mencegah penularannya.
Retno merekomendasikan adanya penguatan pemeriksaan (testing), penelusuran (tracing), dan perawatan (treatment) atau 3T yang secara signifikan dapat dijadikan indicator pencegahan penanganan dini anak-anak yang terinfeksi COVID-19.
"Ketika skema 3T pada orang dewasa saja masih belum memadai, maka kasus COVID-19 pada anak menjadi lambat terdeteksi. Ini berpotensi membuat kasus kematian pada anak menjadi tinggi, apalagi Indonesia tidak memiliki ruang ICU khusus anak yang terinfeksi COVID-19," ungkap Retno.
Tak hanya itu, Retno juga meminta pemerintah melengkapi imunisasi dasar untuk balita dan anak-anak. Sebab, intensitas program ini menurun selama pandemi.
Lalu, Retno juga meminta penundaan pembukaan sekolah dengan pembelajaran tatap muka (PTM) pada awal tahun ajaran baru mendatang.
Artikel ini telah tayang dengan judul Angka Kematian COVID-19 Anak Indonesia Tertinggi di Dunia Bukti Penanganan Pandemi Belum Berpihak pada Anak.
Selain berita soal kasus COVID-19 pada anak di Indonesia, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!