Volume Azan Ratusan Masjid di Mambai Dikecilkan Usai Mendapat Tuntutan
Ilustrasi masjid di Mumbai, India. (Wikimedia Commons/Swapnil Sakhare)

Bagikan:

ACEH - Imam utama masjid terbesar di Mumbai, Mohammed Ashfaq Kazi, memeriksa meteran desibel pada pengeras suara sebelum dirinya mengumandangkan azan. Ini berhubungan dengan persoalan volume azan di India.

"Volume azan kami telah menjadi masalah politik, tetapi saya tidak ingin itu menjadi masalah komunal," terang Kazi, yang juga merupakan cendekiawan Islam berpengaruh di Mumbai, dikutip VOI dari Reuters pada 9 Mei.

Ketika berbicara, Kazi menunjuk pengeras suara yang di menara masjid Juma yang berwarna pasir di kawasan perdagangan lama Mumbai. Dia dan tiga ulama senior dari Maharashtra mengatakan, lebih dari 900 masjid di barat negara bagian India itu telah setuju untuk mengecilkan volume azan. Hal tersebut dilakukan menyusul keluhan dari seorang politisi Hindu setempat.

Penurunan Volume Azan dengan Pengeras Suara

Pada April lalu, Raj Thackeray, pemimpin partai Hindu regional, menuntut agar masjid dan tempat ibadah yang lain tetap berada pada batas kebisingan yang diizinkan. Jika hal tersebut tidak dilakukan, Thackeray menyebut bahwa para pengikutnya akan melantunkan doa agama Hindu di luar masjid sebagai bentuk protes. Thackeray menjelaskan, dirinya hanya berusaha agar putusan pengadilan tentang tingkat kebisingan ditegakkan.

"Jika agama adalah urusan pribadi, lalu mengapa umat Islam diizinkan menggunakan pengeras suara selama 365 hari (dalam setahun)?" kata Thackeray kepada wartawan di Mumbai.

"Saudara, saudari, dan ibu saya yang beragama Hindu datang bersama-sama; jadilah satu dalam menurunkan pengeras suara ini," terangnya.

Menurut para pemimpin 200 juta muslim India, langkah tersebut--yang dilakukan bertepatan dengan Idulfitri--merupakan upaya lain dari umat Hindu garis keras untuk merusak hak para muslim terkait kebebasan beribadah dan ekspresi keagamaan, dengan persetujuan diam-diam dari partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) yang berkuasa.

Dalam beberapa pekan terakhir, seorang pemimpin senior BJP mulai mendorong untuk menukar undang-undang perkawinan dan warisan berdasarkan agama dengan hukum sipil yang seragam, dengan membidik aturan yang memungkinkan pria muslim, misalnya, memiliki empat istri.

BJP tidak menanggapi permintaan komentar atas inisiatif Thackeray. Mereka menyangkal menargetkan minoritas. Mereka mengaku menginginkan perubahan progresif yang menguntungkan semua orang India.

Di Masjid Juma, Kazi mengatakan bahwa dirinya memenuhi tuntutan Thackeray untuk mengurangi risiko kekerasan antara muslim dan pemeluk Hindu.

Bentrokan Muslim dengan Pemeluk Hindu di India

Bentrokan berdarah telah meletus secara sporadis di seluruh India sejak kemerdekaan, paling baru pada tahun 2020 ketika puluhan orang, kebanyakan muslim, tewas di Delhi menyusul protes terhadap undang-undang kewarganegaraan yang menurut muslim mendiskriminasi mereka.

Sementara para pemimpin Hindu garis keras berusaha untuk melemahkan Islam, Kazi mengatakan, "kami (Muslim) harus menjaga ketenangan dan ketenangan."

Negara merespons inisiatif Thackeray dengan serius. Pejabat senior polisi bertemu dengan para pemimpin agama termasuk Kazi awal bulan ini untuk memastikan mikrofon dimatikan karena mereka khawatir akan bentrokan di Maharashtra yang menjadi rumah bagi lebih dari 10 juta muslim dan 70 juta umat Hindu.

Pada Sabtu, polisi mengajukan kasus pidana terhadap dua pria di Mumbai karena menggunakan pengeras suara untuk melafalkan azan dini hari, memperingatkan pekerja partai Thackeray agar tidak berkumpul di sekitar masjid.

"Dalam situasi apa pun kami tidak akan membiarkan siapa pun menciptakan ketegangan komunal di negara bagian dan perintah pengadilan harus dihormati," tegas V.N. Patil, seorang pejabat senior polisi Mumbai.

Terpisah, seorang pejabat senior partai Thackeray mengatakan inisiatif itu tidak dirancang untuk memilih umat Islam, tetapi bertujuan untuk mengurangi "polusi suara" yang diciptakan oleh semua tempat ibadah.

"Partai kami tidak menenangkan komunitas minoritas," ujar Kirtikumar Shinde, menambahkan bahwa polisi telah mengeluarkan peringatan kepada 20.000 pekerja partai bulan ini.

Masalah azan melampaui Maharashtra. Politisi BJP di tiga negara bagian meminta polisi setempat untuk meniadakan atau membatasi penggunaan pengeras suara di tempat-tempat ibadah.

Wakil kepala menteri negara bagian terpadat di negara itu, Uttar Pradesh, mengatakan lebih dari 60.000 pengeras suara tidak sah telah disingkirkan dari masjid-masjid dan kuil-kuil.

Artikel ini telah tayang dengan judul Ratusan Masjid di Mumbai Kecilkan Volume Azan Setelah Tuntutan Politisi Hindu, Tokoh Muslim India: Jadi Masalah Politik.

Selain volume azan di India, ikuti berita Aceh terkini. Klik link tersebut untuk berita paling update wilayah Aceh.