Kenapa Orang Berprestasi Tinggi Tidak Mudah Puas? Ini Penjelasannya
Ilustrasi penyebab orang berprestasi merasa kurang bahagia (Unsplash/Siora Photography)

Bagikan:

ACEH - Orang yang mengejar prestasi atau capaian tinggi tak jarang harus melakukan pengorbanan. Hal yang umumnya dikorbankan adalah hubungan, waktu luang, dan kebutuhan fisik serta emosional. Sayangnya, tak sedikit orang berprestasi tinggi tak mudah puas setelah mencapai targetnya. 

Dikutip dari ulasan Sabrina Samanoff, orang berprestasi menginvestasikan sebagian besar energi demi memenuhi rentetan penghargaan tak terbatas. Beberapa hal yang ada di dalam daftar tersebut adalah banyak gelar, banyak organisasi, dan promosi. Pengejaran ini disebut sebagai upaya untuk menghadapi perasaan tak berharga atau merasa tidak cukup apa adanya.

Pola Pikir Orang Berprestasi Tinggi Tak Mudah Puas

Prestasi diraih tidak dari nol, tetapi orang tersebut menganggap diri sendiri kurang terampil, pintar, atau secara alami mampu. Hal ini membuat mereka bekerja lebih keras untuk mengimbangi kekurangan yang dirasakan.

Persepsi diri yang "menyimpang" ini, kata Samanoff, dikutip VOI dari Psychology Today, berdasarkan kesulitan yang dialami di masa lalu. Menurut temuannya, ada riwayat umum depresi masa kanak-kanak yang tidak terdiagnosis dan tidak hanya membuat mereka terlihat stagnan serta ceroboh tetapi juga tak bisa diobati.

Gambaran Samanoff, ketika mencapai puncak gunung, mereka tidak bisa menikmati pemandangan karena mereka dikondisikan untuk terus mendaki. Seolah-olah puncak yang mereka daki dikepung oleh naiknya air laut. Begitu mereka mencapai tujuan baru, rasanya kurang mengesankan karena dasar kesuksesan mereka meningkat secara bersamaan.

Mencapai tujuan baru, ternyata tak memecahkan masalah internal. Karena pada akhirnya membuat mereka tampak sukses di luar, tetapi terjebak dalam lingkaran setan untuk mencapai tujuan tetapi merasakan keterasingan, kesepian, dan kerja keras, bukan kerja cerdas.