Belajar Cara Mengajarkan Disiplin pada Anak Tanpa Kekerasan
Ilustrasi (Willian Fortunato/Pexels)

Bagikan:

ACEH – Beberapa dari Anda sepertinya pernah merasakan pedihnya hukuman fisik saat masih kecil, baik di rumah maupun di sekolah. Karena saat kecil kita melihat orang tua dan guru menggunakan menggunakan kekerasan, mungkin kita sekarang menganggap hukuman fisik sebagai cara yang wajar dilakukan oleh orang dewasa untuk mendidik anak, terutama saat kenakalannya keterlaluan. Namun, saat ini hal tersebut tak bisa seutuhnya dilakukan. Ada cara mengajarkan disiplin pada anak tanpa harus menggunakan kekerasan.

Saat ini sudah muncul pemahaman baru bahwa hukuman fisik adalah tindakan yang tidak layak, melanggar hukum, dan berbahaya bagi anak-anak. Hukuman fisik seharusnya tidak lagi mendapat tempat dalam pendidikan, baik di rumah maupun di sekolah.

Anak yang mendapatkan hukuman fisik berdampak rasa marah, malu, takut dan tidak percaya diri. Anak yang memperoleh hukuman fisik dapat pula kehilangan rasa percaya pada orang dewasa yang menghukumnya berulang kali.

Mengajarkan Disiplin pada Anak dengan Disiplin Positif

Hukuman fisik yang diterima oleh anak juga memberikan mereka informasi bahwa kekerasan merupakan cara wajar dilakukan untuk membuat orang lain mengikuti keinginan kita. Anak-anak bisa saja meneruskannya sebagai pelaku perundungan (bullying) pada teman, atau bahkan kekerasan dalam rumah tangga saat dewasa.

Disiplin positif merupakan pendekatan yang perlu digunakan oleh guru dan orang tua dalam membimbing perilaku anak. Dengan cara ini, guru dan orang tua diharapkan memperhatikan kebutuhan psikologis dan emosional anak sebelum memperhatikan perubahan perilaku.

Tujuan dari disiplin positif adalah membantu anak mengembangkan rasa tanggung jawab untuk membuat keputusan yang baik dan penuh pertimbangan. Disiplin positif membantu anak belajar disiplin dengan motivasi dari dalam dirinya sendiri, bukan karena takut kepada orang lain.

Dalam disiplin positif, anak dikenalkan pada konsekuensi atas perbuatannya. Jika perbuatannya tidak baik, anak mendapat konsekuensi sesuai perilakunya.

Konsekuensi yang disepakati anak dan guru atau orang tua, bukan hal-hal yang memalukan atau berbau kekerasan. Misal, anak menumpahkan gelas berisi kopi ke atas karpet. Konsekuensinya, dia harus membersihkan dan mengeringkan karpet itu.

Di Indonesia, pendekatan disiplin positif di sekolah masih terbilang baru. Dilansir Parenting, sebagai orang tua murid, Anda bisa mendorong penggunaan disiplin positif melalui beberapa cara.

Kenali pendekatan disiplin di sekolah anak. Anda dapat mengobrol dan bertanya pada kepala sekolah dan guru kelas anak anda, cara-cara apa yang mereka terapkan untuk menerapkan disiplin di sekolah.

Jadikan diri Anda partner sekolah. Jelaskan pada anak bahwa peraturan sekolah harus dipatuhi meskipun mungkin berbeda dengan peraturan di rumah. Tunjukkan rasa hormat Anda pada guru dan sekolah di hadapan anak.

Anda harus menerima fakta bahwa Anda tidak dapat mengetahui segala hal di sekolah. Guru dan sekolah terlibat kode etik untuk tidak membicarakan perihal murid yang bukan anak Anda dengan Anda. Hal ini juga untuk menghindari perisakan dan prasangka.

Jika sekolah belum mengenal atau menggunakan disiplin positif, Anda bersama Komite Sekolah dapat mengatur sebuah seminar atau pelatihan mengenai disiplin positif yang dapat dihadiri orang tua dan guru.

Artikel ini telah tayang dengan judul Tips Mengajarkan Disiplin Pada Anak Tanpa Ada Kekerasan.

Selain mengajarkan disiplin pada anak, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!